Pages

Senin, 09 Januari 2012

Sate Pak Pong

Kala itu sore hari dimana matahari telah meredakan cahayanya dan angin mulai menari-nari sepanjang jalan Parangtritis yang kami lalui. Tampak beberapa kendaraan yang sejalan dengan jalur monoton itu. Lalu kami berbelok ketika ada papan nama Rumah Budaya Tembi di sebelah kiri jalan. Melaju lurus dengan kecepatan 50 km/jam sambil menikmati suasana pedesaan yang sarat dengan sawah hijau menguning terhampar.

Ternyata sudah sampai daerah Imogiri. Ada Sate Pak Pong disana. Di pinggir sawah. Mengusung daging kambing sebagai andalan. Kami mampir kesana. Mencari tempat duduk lesehan sambil melepas lelah berselonjor kaki. Ada beberapa jenis masakan yang ditawarkan, gulai, sate klathak, tengkleng, tongseng, dan nasi goreng. Dikarenakan judul dari tempat makan ini di awali dengan kata "Sate", maka kami pun memesan seporsi sate klathak dan tengkleng kambing karena saya lagi kepengen tengkleng. Sambil menunggu, si pacar mulai menyeruput teh hangat yang nikmat. Ada dua gelas disitu, satu isi teh cair dan satu isi teh pekat yang masih ada daun tehnya. Gula yang digunakan pun berbeda dari teh anget kebanyakan. Disini gulanya jadi batu. Gula batu. Asap mengepul di udara yang mulai dingin karena hari semakin sore. 


Tak lama, main dish kami pun datang. Dua tusuk daging kambing dan sepiring tengkleng. Entah kenapa sate klathak di daerah Imogiri ini umumnya hanya disajikan 2 tusuk saja. Mungkin untuk tetap menjaga kolesterol dan kesehatan tubuh yah. Sate klathak ini di tusuk menggunakan jeruji sepeda tahan karat bersama dengan kuah gulai. Rasanya guriiiih banget. Dagingnya empuk dan rasanya alami dan sederhana. Karena daging kambing ini hanya dibumbui garam. Seperti kesederhanaan rakyat Jogja mungkin yah [filosofi asal].

Untuk tengkleng, perlu diketahui tengkleng ini semacam balungan atau tulang-tulang pada kambing. Bumbunya agak manis. Tetapi jangan khawatir untuk yang menyukai pedas, disediakan cabai rawit dan lada kok di setiap meja makan. Sepertinya daging yang digunakan adalah daging kambing muda, karena selain empuk juga terdapat banyak tulang rawan yang siap disantap. Nyum!




0 komentar:

Posting Komentar